Budaya Organisasi
Pengertian Budaya Organisasi
Beberapa
pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane,
Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang
dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun
perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti
yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara
berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada
dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya
organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi itu.
Masih menurut
Robbins (1994:478), budaya organisasi juga memiliki definisi sebagai
nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi atau falsafah yang menuntun
kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan, atau cara pekerjaan
dilakukan ditempat kerja, atau asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat
diantara anggota organisasi.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya
organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan
memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada
anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam
mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000),
budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara
pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai
organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara
bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
Ciri-ciri budaya organisasi
Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi
adalah:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh
mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana
karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap
detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen
memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan
manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan
kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan
agresivitas karyawan.
7. Kemantapan. Organisasi menekankan
dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan
menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh
gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk
perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu,
bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku
(Robbins, 1996 : 289).
Menurut
Samdeep dan Lylesussman mengklasifikasikan sebelas cirri budaya perusahaan yang
unggul….1. Keyakinan yang tidak
tergoyahkan bahwa manusia adalah sumberdaya perusahaan yang paling penting.
2. Dukungan dari
kewirausahaan intern menghargai karyawan yang membantu perusahaan yang tercapai
misinya.
3. Pengendalian yang
lebih didasarkan pada loyalitas dan komitmen ketimbang pada aturan dan
kepatuhan.
4. Komitmen pada
karyawan terhadap tujuan perusahaan lebih tinggi ketimbang komitmen mereka
terhadap utjuan kelompok atau pribadi.
5. Komitmen manajemen
puncak untuk menyemaikan kebanggaan dikalangan semua karyawan.
6. Komitmen manajemen
puncak untuk menghasilkan produk atau layanan yang unggul lainnya.
7. Keyakinan akan
pentingnya ritual, upacara, dan pahlawan perusahaan.
8. Keyakinan akan
pentingnya informasi kabar baik maupun kabar buruk.
9. Kesadaran bahwa komunikasi
keatas lebih penting daripada komunikasi kebawah.
10. Dukungan manajemen puncak atas
pelatihan dan pengembangan komitmen untuk selalu lebih pandai daripada pesaing.
11. Pandangan yang menghargai kebranian mengambil
resiko dan kreatifitas.
Fungsi Budaya Organisasi
Menurut
Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang
jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa
identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada
sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang
membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang
tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan
kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Model – model Budaya Organisasi
Para pakar mengemukakan model- model
hubungan dimensi hubungan ant r dimensi – dimensi budaya organisasi. Edgar H. Schein ( 1985) melukiskan budaya
organisasi dalam 3 level. Ketiga level tersebut adalah :
Level
1 : Artefak. Level ini merupakan
dimensi yang paling terlihat dari budaya oraganisasi, merupakan lingkungan
fisik dan sosial organisasi . Pada level ini orang yang memasuki suatu
organisasi dapat melihat dengan jelas bangunan output (barang dan jasa),
teknologi , bahasa tulis dan lisan, produk seni, dan perilaku anggota
organisasi. Anggota organisasi sering tidak menyadari mengenai artefak budaya
organisasi mereka, tetapi orang luar organisasi dapat mengamatinya dengan
jelas.
Level
2 : Nilai- nilai . Semua pembelajaran
organisasi merefleksikan nilai-nilai n organisasi, perasaan mereka
mengenai apa yang seharusnya berbeda dengan apa yang ada . Jika anggota
organisasi menghadapi persoalan atau tugas baru, solusinya adalah nilai-nilai.
Misalnya , perusahaan yang baru didirikan mengalami penurunan penjualan
produknya. Pemimpin perusahaan menyatakan ‘’ kita harus meningkatkan iklan dan
menerobos pasar baru untuk meningkatkan penjualan’’. Pernyataan ini dijabarkan
dalam kegiatan operasi anggota organisasi dan berhasil. Kepercayaan pemimpin
ini merupakan nilai- nilai dari pemimpin.
Level
3: Asumsi dasar . Jika solusi yang
dikembangkan pemimpin perusahaan dapat berhasil berulang- berulang , maka
solusi dianggap sebagai sudah seharusnya ( taken for granted ) . Apa yang
semula hanya merupakan hipotesis yang didukung oleh nilai- nilai , setelah
berhasil dianggap sebagai realitas dan kebenaran. Asumsi dasar merupakan solusi
yang paling dipercaya sama dengan teori ilmu pengetahuan yang sedang diterapkan
untuk suatu problem yang dihadapi organisasi.
Peran Budaya Organisasi
Budaya organisasi diteliti oleh pakar untuk
mengetahui perannya dalam organisasi. Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa
budaya organisasi mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Akan tetapi sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa budaya organisasi
terhadap organisasi, anggota organisasi, dan mereka yang berhubungan dengan
organisasi.
1. Identitas organisasi. Budaya organisasi berisi satu set
karakteristik yang melukiskan organisasi dan membedakannya dengan organisasi
yang lain. Budaya organisasi menunjukkan identitas organisasi kepada orang di
luar organisasi.
2. Menyatukan organisasi. Budaya organisasi merupakan lem normatif yang
merekatkan unsur- unsur organisasi menjadi satu . Norma, nilai-nilai, dan kode
etik budaya organisasi menyatukan dan mengoordinasi anggota organisasi. Ketika
akan masuk menjadi anggota organisasi, para calon anggota organisasi mempunyai
latar belakang budaya dan karakterisik yang berbeda. Agar dapat diterima
sebagai anggota organisasi , mereka wajib menerima dan menerapkan budaya
organisasi. Budaya organisasi menyediakan alat kontrol bagi aktivitas
organisasi dan perilaku anggota oraganisasi. Norma, nilai- nilai , dan kode
etik budaya organisasi menyatukan pola pikir dan perilaku anggota oraganisasi.
Isi budaya mengontrol apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
oleh anggota organisasi.
3. Reduksi konflik. Budaya organisasi sering dilukiskan sebagai
semen atau lem yang menyatukan organisasi . Pola pikir, asumsi, dan filsafat
organisasi yang sama memperkecil perbedaan dan terjadinya konflik di antara
anggota organisasi. Jika terjadi perbedaan atau konflik , budaya organisasi
mempunyai cara untuk menyelesaikannya.
4. Komitmen kepada organisasi dan kelompok. Budaya organisasi bukan saja menyatukan,
tetapi juga memfasilitasi komitmen anggota organisasi kepada organisasi dan
kelompok kerjanya. Budaya organisasi yang kondusif mengembangkan rasa memiliki
dan komitmen tinggi terhadap organisasi dan kelompok kerjanya.
5. Reduksi ketidakpastian. Budaya organisasi mengurangi ketidakpastian
dan meningkatkan kepastian. Dalam mencapai tujuannya, organisasi menghadapi
ketidakpastian dan kompleksitas lingkungan, demikian juga aktivitas anggota
organisasi dalam mencapai tujuan tersebut. Budaya organisasi menentukan ke mana
arah, apa yang akan dicapai , dan bagaimana mencapainya. Budaya organisasi juga
mengembangkan pembelajaran bagi anggota baru. Mereka mempelajari apa yang
penting dan yang tidak penting , apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Mereka mempunyai pedoman yang memberikan kepastian dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
6. Menciptakan Konsistensi . Budaya organisasi menciptakan konsistensi
berpikir, berprilaku, dan merespons lingkungan organisasi. Budaya organisasi
memberikan peraturan, panduan, prosedur, serta pola memproduksi dan melayani
konsumen , pelanggan, nasabah, atau klien organisasi. Semua hal tersebut
menimbulkan konsistensi pola pikir, cara bertindak, dan berprilaku anggota
organisasi dalam melaksanakan tugasnya , tidak menyimpang dari panduan yang ada
di buku budaya organisasi.
7. Motivasi. Budaya organisasi merupakan kekuatan tidak
terlihat atau invisible force di belakang faktor – faktor
organisasi yang kelihatan dan dapat diobservasi. Budaya merupakan energi sosial
yang membuat anggota organisasi untuk bertindak. Budaya organisasi memotivasi
anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka merasa berkewajiban
dan bertanggungjawab untuk merealisasi tujuan organisasi .
8. Kinerja organisasi. Budaya organisasi yang kondusif menciptakan ,
meningkatkan , dan mempertahankan kinerja tinggi. Budaya organisasi yang
kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos kerja, dan motivasi kerja karyawan .
Semua faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari
karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi yang juga tinggi.
9. Keselamatan kerja. Budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap
keselamatan kerja. Richard L. Gardner ( 1999) dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa faktor- faktor penyebab kecelakaan industri adalah budaya organisasi
perusahaan. Ada hubungan kausal positif antara budaya organisasi dan kecelakaan
industri. Untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
, perlu dikembangakan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
10. Sumber keunggulan
kompetitif. Budaya organisasi
merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif. Budaya organisasi yang kuat
mendorong motivasi kerja, konsistensi, efektivitas, dan efisiensi, serta
menurunkan ketidakpastian yang memungkinkan kesuksesan organisasi dalam pasar
dan persaingan.
II. 6. Menciptakan dan Mempertahankan budaya
Budaya suatu organisasi tidak
muncul begitu saja dari kehampaan. Sekali ditegakkan jarang budaya itu
berangsur padam. Ada kekuatan yang menyebabkan budaya itu menjadi kuat dan
dapat bertahan menjadi suatu budaya dalam organisasi. Adapun sebabnya :
A. Asal mula suatu budaya
Kebiasaan dewasa ini, tradisi, dan cara umum
organisasi melakukan segala sesuatu sebegian besar disebabkan oleh apa yang
berasal dari apa yang telah dilakukannya sebelumnya dan tingkat keberhasilan
yang telah diperoleh melalui usaha keras tersebut. Ini membimbing kita ke
sumber paling akhir dari budaya organisasi : pendirinya. Para pendiri suatu
organisasi secara tradisional mempunyai dampak utama pada budaya dini
organisasi tersebut. Mereka mempunyai suatu visi mengenai bagaimana seharusnya
organisasi itu. Mereka tidak dikendalai oleh kebiasaan atau ideologi sebelumnya
. Ukuran kecil yang lazimnya mencirikan organisasi baru mempermudah pemaksaan
pendiri akan visinya pada semua anggota organisasi.
B. Menjaga budaya agar tetap hidup
Sekali budaya terbentuk, praktek-praktek di
dalam organisasi bertindak untuk mempertahankannya dengan memberikan kepada
karyawannya seperangkat pengalaman yang serupa . Misalnya, banyak praktek
sumberdaya manusia yang kita bahas dalam bab sebelumnya memperkuat budaya organisasi
itu. Proses seleksi, kriteria evaluasi kinerja, praktek pemberian imbalan,
kegiatan pelatihan dan pengembangan karir, dan prosedur promosi memastikan
bahwa mereka yang dipekerjakan cocok dalam budaya itu, menghargai mereka yang
mendukungnya, dan menghukum ( dan bahkan memecat ) mereka yang menentangnya.
Tiga kekuatan memainkan bagian sangat penting dalam mempertahankan suatu
budaya: praktek seleksi, tindakan manajemen puncak, dan metode sosialisasi.
Baiklah kita periksa masing- masing dengan lebih seksama.
Seleksi, tujuan dari proses seleksi adalah
mengidentifikasi dan mempekerjakan individu-individu yang mempunyai pengetahuan
, ketrampilan, dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan sukses di dalam
organisasi itu. Di samping itu, proses seleksi memberikan informasi kepada para
pelamar mengenai oraganisasi itu. Para calon belajar mengenai organisasi itu,
dan jika mereka merasakan suatu konflik antara nilai mereka dan nilai
organisasi, mereka dapat menyeleksi diri keluar dari kumpulan pelamar. Oleh
karena itu, seleksi menjadi jalan dua arah, dengan memungkinkan pemberi kerja
atau pelamar untuk memutuskan perkawinan bila tidak ada
ketidakcocokan. Dengan cara ini, proses seleksi mendukung budaya suatu
organisasi dengan menyeleksi keluar individu-individu yang mungkin menyerang
atau menghancurkan nilai-nilai intinya.
Manajemen puncak, tindakan manajemen puncak juga mempunyai
dampak besar pada organisasi. Lewat apa yang mereka katakan dan
bagaimana mereka berprilaku eksekutif senior menegakkan norma- norma yang
merembes ke bawah sepanjang organisasi.Misalnya, apakah pengambilan resiko yang
diinginkan , berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan oleh para
manajer kepada bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas, dan tindakan apakah
akan dihargai dalam kenaikan upah , promosi dan lain-lain.
Sosialisasi, tidak peduli betapa baik yang telah dilakukan
organisasi itu dalam perekrutan dan seleksi, karyawan baru tidak sepenuhnya
diindoktrinasi dalam budaya organisasi. Mungkin yang paling penting, karena
mereka tidak kenal baik dengan budaya organisasi, karyawan baru mengganggu
keyakinan dan kebiasaan yang ada. Oleh karena itu organisasi akan tampaknya
berpotensi membantu karyawan baru menyesuaikan diri dengan budayanya.
Komentar
Posting Komentar