PENJADWALAN PROSES SAMPAI DENGAN ROUND ROBIN
Rasio Penalti
Tertinggi Dipertamakan (PTD) /Highest Penalti Ratio Next (HPRN)
Penjadwalan dengan prioritas tanpa preempsi. Yang
menjadi prioritas adalah besarnya rasio pinalti. Tetap mendahulukan proses
pendek ditambah dengan mempertimbangkan rasio penaltinya, yang ditentukan
berdasarkan lama waktu antriannya. Sehingga prioritas proses panjang akan turut
meningkat melalui peningkatan rasio pinalti, sehingga pada suatu saat proses
panjang pada antrian yang telah lama menunggu akan menyusul proses pendek. S = (T-t) ; Rp = T/t = (s+t)/t
MFQ (Multiple Feedback Queue)
Algoritma
ini mirip sekali dengan algoritma multilevel queue. Perbedaannya
ialah algoritma ini mengizinkan proses untuk pindah antrian. Jika suatu proses
menyita CPU terlalu lama, maka proses itu akan dipindahkan ke antrian yang
lebih rendah. Hal ini menguntungkan proses interaksi karena proses ini hanya
memakai waktu CPU yang sedikit. Demikian pula dengan proses yang menunggu
terlalu lama. Proses ini akan dinaikkan tingkatannya. Biasanya prioritas
tertinggi diberikan kepada proses dengan CPU burst terkecil, dengan
begitu CPU akan terutilisasi penuh dan M/K dapat terus sibuk. Semakin rendah
tingkatannya, panjang CPU burst proses juga semakin besar.
Algoritma ini didefinisikan melalui beberapa parameter, antara lain:
- Jumlah antrian.
- Algoritma penjadwalan tiap antrian.
- Kapan menaikkan proses ke antrian yang lebih tinggi.
- Kapan menurunkan proses ke antrian yang lebih rendah.
- Antrian mana yang akan dimasuki proses yang membutuhkan.
Dengan pendefinisian seperti tadi
membuat algoritma ini sering dipakai, karena algoritma ini mudah dikonfigurasi
ulang supaya cocok dengan sistem. Tapi untuk mengatahui mana penjadwal terbaik,
kita harus mengetahui nilai parameter tersebut.
Multilevel feedback queue adalah salah satu algoritma yang
berdasar pada algoritma multilevel queue. Perbedaan mendasar yang
membedakan multilevel feedback queue dengan multilevel
queue biasa adalah terletak pada adanya kemungkinan suatu proses berpindah
dari satu antrian ke antrian lainnya, entah dengan prioritas yang lebih rendah
ataupun lebih tinggi, misalnya pada contoh berikut.
- Semua proses yang baru datang akan diletakkan pada queue 0 ( quantum= 8 ms).
- Jika suatu proses tidak dapat diselesaikan dalam 8 ms, maka proses tersebut akan dihentikan dan dipindahkan ke queue 1 ( quantum= 16 ms).
- Queue 1 hanya akan dikerjakan jika tidak ada lagi proses di queue 0, dan jika suatu proses di queue 1 tidak selesai dalam 16 ms, maka proses tersebut akan dipindahkan ke queue 2.
- Queue 2 akan dikerjakan bila queue 0 dan 1 kosong, dan akan berjalan dengan algoritma FCFS.
Disini terlihat bahwa ada
kemungkinan terjadinya perpindahan proses antar queue, dalam hal
ini ditentukan oleh time quantum, namun dalam prakteknya penerapan
algoritma multilevel feedback queue akan diterapkan dengan
mendefinisikan terlebih dahulu parameter-parameternya, yaitu:
1. Jumlah antrian.
2. Algoritma internal tiap queue.
3. Aturan sebuah proses naik ke antrian
yang lebih tinggi.
4. Aturan sebuah proses turun ke
antrian yang lebih rendah.
5. Antrian yang akan dimasuki tiap
proses yang baru datang.
Contoh:
Terdapat tiga antrian; Q1=10 ms,
FCFS Q2=40 ms, FCFS Q3=FCFS proses yang masuk, masuk ke antrian Q1. Jika dalam
10 ms tidak selesai, maka proses tersebut dipindahkan ke Q2. Jika dalam 40 ms
tidak selesai, maka dipindahkan lagi ke Q3. Berdasarkan hal-hal di atas maka
algoritma ini dapat digunakan secara fleksibel dan diterapkan sesuai dengan
kebutuhan sistem. Pada zaman sekarang ini algoritma multilevel feedback
queue adalah salah satu yang paling banyak digunakan.
Nama : Teldy Dwi Yandera (17111069)
Kelas : 2KA24
Tugas : Sistem Operasi Kelompok 1
Komentar
Posting Komentar